About Me
Kirimkan saran atau masukan anda ke prodibsa@yahoo.com
Sumber Berita
Blog Dosen dan Alumni
.
Featured Video
04 Agustus 2009
Menumbuhkan Hobi Menulis
Oleh : Reza Sukma Nugraha
Pada arti yang sebenarnya, menulis dapat diartikan sebagai proses membuat coretan—lazimnya disebut tulisan—dengan menggunakan alat tertentu dengan media tertentu pula. Jadi, sebenarnya menulis adalah aktivitas yang mudah, bahkan hampir setiap orang bisa dan sering menulis. Ibu rumah tangga biasa menulis resep masakan atau daftar belanja. Pemilik warung biasa menulis kas bon pembelinya. Hingga pelajar yang hampir setiap hari melakukan kegiatan menulis.
Namun, apabila merujuk pada pengertian yang lebih luas, menulis menjadi kegiatan yang dianggap sulit. Mengapa? Karena ternyata menulis bukan sekadar proses menggerakan tangan semata. Disana, terjadi pemaduan ide (otak), hati, dan tentu motivasi-motivasi lain yang lahir dari proses tersebut. Tak dapat dipungkiri, menulis kini menjadi tren dan juga profesi. Melalui hobi, menulis dapat memberikan banyak manfaat, materi maupun spiritual.
Tulisan ini tidak hendak mengupas secara dalam manfaat menulis.Namun, kita tanamkan saja prinsip bahwa menulis mendatangkan banyak manfaat yang berujung dengan kepuasaan materi maupun spiritual.Oleh karena itu, motivasi yang dapat saya tumbuhkan adalah percayalah manfaat tersebut! Setelah mempercayainya, mari mulai menulis.
Banyak langkah yang dapat ditempuh untuk menjadikan menulis sebagai hobi. Karena sekali lagi saya tekankan, diawali dengan hobi, motivasi lain dapat lahir mengiringi hobi tersebut. Secara sederhana, ada beberapa langkah yang telah saya rangkum dari motivasi para penulis. Setidaknya, saya padukan dan hasilnya menjadi beberapa langkah yang lumayan jitu untuk memulai hobi ini.
1. Teguhkan niat
Ya, niat adalah raja setiap pekerjaan. Pun dengan hobi baru ini. Bagi yang belum memiliki hobi menulis, yang wajib hukumnya adalah berniat menjadi penulis (orang yang rajin menulis). Bagi yang sudah hobi menulis, harus pula berniat menjadi penulis professional. Minimal berniat konsisten dalam menjalani hobi ini.
2. Banyak membaca
Jangan dulu takut membaca kata “membaca”. Bagi yang hobi membaca, barang tentu ini adalah modal yang cukup untuk mengembangkan hobi menulis.Bagi yang belum hobi membaca, saya ulangi, jangan dulu takut “membaca.” Saya tentu tidak akan memaksa untuk mau membaca banyak buku. Mulailah membaca hal yang ringan, seperti koran, buletin jumat, mading, dan bacaan ringan lainnya.
Karena tak dapat dipungkiri, apa yang kita baca sangat mempengaruhi kemudahan mencari ide. Untuk yang mulai melancarkan hobi ini, dengan diawali membaca koran, setidaknya kita dapat membaca perkembangan berita yang sedang hangat. Misalnya, pembagian nomor urut calon presiden (politik), mahasiswa Akper Konawe yang dipaksa mengeluarkan urine dan meminumnya (pendidikan), kekayaan Aburizal Bakrie yang menurun drastis pada tahun ini (ekonomi), dan lain sebagainya.
M elalui bacaan-bacaan sederhana itu, kita dapat melatih daya kritis atau melahirkan sebuah ide. Bisa saja kita berceloteh, “Kok, istri Prabowo gak pernah kelihatan di tivi.” Secara tidak langsung, kita mulai kritis. Dalam langkah berikutnya, saya menyarankan agar celotehan tersebut segera ditulis dalam sebuah catatan.
Apalagi kalau kita meningkatkan hobi membaca ini dengan melahap buku yang lebih serius dengan aneka topik. Maka, ide-ide untuk menulis pun semakin mudah didapat. Tak kalah penting adalah banyak membaca buku motivasi atau teknik menulis. Sebetulnya ini hanya bersifat referensial. Namun, bagi beberapa orang, buku-buku motivasi itu sangat membantu. Saya merekomendasikan buku “Mengikat Makna Sehari-hari” karya Hernowo. Buku tersebut dapat menumbuhkan motivasi untuk dapat menulis dan membaca. Gaya bahasanya ringan dan interaktif membuat buku ini cukup membantu mengembangkan hobi menulis dan membaca.
3. Miliki buku harian
Setiap saya ikuti pelatihan menulis, maka saran ini selalu muncul. Mudah-mudahan pemikiran stereotif tentang buku harian ini juga tidak berlaku lagi. Karena buku harian tidak lagi urusan perempuan saja, dan boleh melibatkan laki-laki. Setelah dimiliki, tentu harus segera ditulis. Apa isinya? Apabila belum terbiasa, bisa dimulai dengan mengisi beberapa kalimat tentang apa yang kamu rasakan atau alami.
Misalnya, ketika kamu lihat orang mengantre Bantuan Langsung Tunai (BLT) lalu banyak nenek-nenek yang jatuh dan terinjak. Bagaimana perasaanmu? Miris, sedih, kasihan, atau marah dengan pemerintah? Catat dalam buku harian itu.
Lalu, apabila sudah membiasakan menulis di catatan harian, tingkatkan kapasitas menulis. Dari dua kalimat menjadi sepuluh. Dari setengah lembar hingga tiga lembar. Saya sarankan, tulis hanya satu topik dalam satu judul. Kemudian, setelah terbiasa, eksplorasi pernyataan kamu dengan opini kamu sendiri atau membubuhi teori atau pernyataan orang lain. Misalnya :
Judul :
Susahnya Menulis
Isi :
Duh, malasnya menulis. Setiap hari kenapa harus menulis? Hari ini banyak sekali yang harus ditulis. Tiga mata kuliah, semuanya ada tugas yang harus ditulis tangan. Tapi tak apa-apa lah, saya jadi ingat ungkapan Ali bin Abi Thalib, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” Dengan begitu, saya rasa menulis menjadi ringan. Semangat!
4. Catat setiap ide
Hampir sama dengan apa yang harus dilakukan setelah punya buku harian. Namun, pada poin ini, hendaknya kamu mencatat pengalaman atau kejadian yang menarik setiap hari. Apabila buku harian tidak dibawa setiap hari, masih banyak media lain. Misalnya pergunakan handphone untuk menyimpan catatan kejadian itu.
Ide itu bisa muncul tiba-tiba atau muncul setelah kita memancingnya dengan membaca buku atau bacaan terlebih dahulu. Ide yang timbul secara tiba-tiba mungkin saja hadir saat kita mengikuti perkuliahan di kelas. Ada teman yang tidur, dosennya yang terus bicara tanpa jeda, atau ada dosen yang terus mengucapakan kata “sesungguhnya” berulang-ulang. Hal-hal kecil itu bisa jadi sebuah ide untuk menulis.
Ide yang timbul setelah membaca, misalnya membaca mading. Di mading akan ada pertandingan sepakbola antara jurusan A dan B. Kamu jadi teringat, pada pertandingan yang lalu, jurusan A mengakhirinya dengan ricuh dan perkelahian. Selain itu, setelah kamu membaca buku filsafat umum, kesan apa yang kamu peroleh? Segera catat sekarang juga.
5. Ramah teknologi
Poin ini sungguh penting dan sangat memberikan manfaat bagi kita. Kini, dalam dunia cyber, banyak hal positif yang dapat kita ambil dari pemanfaatan teknologi internet. Internet menyediakan banyak media untuk menulis dan mencari ide-ide. Hal pertama yang harus ditanamkan dalam pemanfaatan ini adalah berprasangka baik terhadap teknologi tersebut. Karena yang mengkhawatirkan adalah masih adanya streotif negatif tentang internet. Mengenaskannya, pandangan itu masih dipegang oleh para pelajar dan mahasiswa.
Pemanfaatan itu antara lain ditemukan dalam situs jejaring sosial seperti friendster dan facebook, blog (webblog), forum diskusi, mailing list (milis), dan lain-lain.
Situs jejaring sosial seperti facebook berpengaruh dalam tradisi menulis dan mengembangkan ide. Dengan menulis status, terkadang status kita mengundang reaksi dari teman sehingga timbul semacam diskusi.Alangkah baiknya, status tersebut diisi pernyataan yang bermanfaat atau bahkan kontroversi.
Selain itu, fenomena blog merupakan tren saat ini. Oleh karena itu jangan sampai kita tertinggal dengan tidak mengenalnya sama sekali. Blog adalah halaman pribadi kita di internet yang sifatnya seolah-olah online diary. Buku harian online atau media online yang isinya dapat memuat tulisan, ide, atau gagasan kita. Karena ada dalam dunia maya, maka jangkauannya pun global dan mendunia.
Bagi yang baru memiliki hobi menulis, blog dapat dimanfaatkan dengan hanya menulis gagasan-gagasan ringan. Blog juga dapat dimanfaatkan sebagai penyimpan tugas dan makalah kita. Oleh karena itu, jangan biarkan makalah kita hanya menjadi penggugur kewajiban semata. Jadikan makalah kita tersebar di dunia maya, karena akan banyak yang membutuhkannya. Ya, hitung-hitung mengamalkan ilmu.
6. Mulai menulis
Setelah memulai langkah-langkah ringan di atas, kini saatnya kita melakukan langkah terakhir, yaitu mulai menulis. Sekali lagi, bagi para pemula dalam hobi menulis, jangan dianggap langkah ini adalah langkah berat, apalagi dengan memikirkan teori-teori menulis. Langkah ini adalah langkah sederhana.
Pada tahap akhir ini, silakan pilih sifat tulisan yang akan kita tulis. Fiksi atau non-fiksi. Bersifat fiksi, berarti kita ingin menulis (semacam) cerpen atau cerita-cerita imajinatif lainnya. Bersifat non-fiksi, berarti kita hendak menulis (semacam) artikel atau opini.
Pada tulisan fiksi, dasar pertamanya adalah imajinasi. Hendaknya ide yang kita temukan diramu dengan gaya imajinasi. Ide yang diperlukan bisa jadi imajinatif (khayalan) atau berdasarkan fakta (nyata). Coba pikirkan satu ide sederhana!
Ide imajinatif biasanya terilhami dari pengalaman atau cita-cita kita. Misalnya, dulu kita bercita-cita jadi wartawan. Sayang, kita berhasil masuk jurusan sastra. Reka saja cerita tentang wartawan. Pada langkah yang sederhana, kita memang tak usah mempelajari sekelumit dunia wartawan terlebih dahulu. Yang paling penting adalah menulis!
Tulislah kisah seorang wartawan yang hidupnya penuh tantangan, harus rela dikirim pimpinannya ke sebuah perang di Israel, sampai ia bertemu dengan wanita Israel yang ternyata wanita tersebut sangat membenci negaranya sendiri karena sangat hobi perang dan membunuh. Lalu wanita itu bergabung dengan gerakan gerilyawan Israel lainnya untuk menghancurkan negaranya sendiri.
Lain halnya, dengan tulisan non-fiksi. Ide harus lahir dari fakta. Hal ini dapat diasah dengan sering membaca koran atau menonton berita. Pertama, kita hanya perlu menumbuhkan daya kritis. Daya kritis bisa muncul apabila ada satu hal yang kita tidak setujui.
Misalnya kita menonton deklarasi salah satu calon presiden yang dilakukan di tempat pembuangan sampah. Apa yang muncul di benak kita saat melihatnya? Senang, karena bisa jadi contoh pemimpin teladan dan dekat dengan rakyat. Ataukah sebaliknya, kita menganggapnya hanya upaya meraup simpati massa belaka. Kita bisa jadi berpikir, itu cuma kebohongan publik. Karena bisa jadi kalau sudah jadi pemimpin, ia lupa dengan rakyat yang tinggal sekita tempat sampah tersebut. Itu terserah bagi kamu yang mau menulis. Namun, saya sarankan agar selalu tidak setuju dengan apa yang kita lihat di kehidupan nyata seperti berita di media. Karena hal tersebut dapat meningkatkan daya kritis kita yang merupakan salah satu modal untuk menulis tulisan non-fiksi.
Ada satu langkah tambahan yang cukup membatu, namun sifatnya tidak individual seperti keenam langkah di atas. Yaitu, bergabung dengan organisasi kepenulisan atau bahkan membentuk sendiri organisasi tersebut. Organisasi kepenulisan ini ada yang bersifat di dunia nyata (seperti Forum Lingkar Pena ‘FLP’) atau di dunia maya (seperti Penulislepas.Com).
Bagi yang ingin membetuk organisasi sendiri, jangan dulu khawatir dengan struktur atau bahkan SDM (ada tidaknya penulis profesional di dalamnya). Yang penting, adalah ada sekumpulan orang yang berkomitmen untuk menulis dan berkumpul untuk menggagas ide dan berdiskusi untuk menumbuhkan ide.
Langkah-langkah tersebut sesungguhnya hanya langkah sederhana menuju sebuah hobi baru, yaitu menulis. Tujuan yang ingin diperoleh pun adalah semangat untuk memiliki hobi tersebut. Karena, seperti saya ungkapkan sebelumnya, diawali dengan hobi, motivasi lain dapat menyusul. Selain itu, setelah memiliki hobi ini, tentu masih banyak langkah yang dapat ditempuh untuk terus mengasah kemampuan menjadi seorang penulis yang professional dan kreatif. Jadi, selamat menikmati hobi baru!
Pada arti yang sebenarnya, menulis dapat diartikan sebagai proses membuat coretan—lazimnya disebut tulisan—dengan menggunakan alat tertentu dengan media tertentu pula. Jadi, sebenarnya menulis adalah aktivitas yang mudah, bahkan hampir setiap orang bisa dan sering menulis. Ibu rumah tangga biasa menulis resep masakan atau daftar belanja. Pemilik warung biasa menulis kas bon pembelinya. Hingga pelajar yang hampir setiap hari melakukan kegiatan menulis.
Namun, apabila merujuk pada pengertian yang lebih luas, menulis menjadi kegiatan yang dianggap sulit. Mengapa? Karena ternyata menulis bukan sekadar proses menggerakan tangan semata. Disana, terjadi pemaduan ide (otak), hati, dan tentu motivasi-motivasi lain yang lahir dari proses tersebut. Tak dapat dipungkiri, menulis kini menjadi tren dan juga profesi. Melalui hobi, menulis dapat memberikan banyak manfaat, materi maupun spiritual.
Tulisan ini tidak hendak mengupas secara dalam manfaat menulis.Namun, kita tanamkan saja prinsip bahwa menulis mendatangkan banyak manfaat yang berujung dengan kepuasaan materi maupun spiritual.Oleh karena itu, motivasi yang dapat saya tumbuhkan adalah percayalah manfaat tersebut! Setelah mempercayainya, mari mulai menulis.
Banyak langkah yang dapat ditempuh untuk menjadikan menulis sebagai hobi. Karena sekali lagi saya tekankan, diawali dengan hobi, motivasi lain dapat lahir mengiringi hobi tersebut. Secara sederhana, ada beberapa langkah yang telah saya rangkum dari motivasi para penulis. Setidaknya, saya padukan dan hasilnya menjadi beberapa langkah yang lumayan jitu untuk memulai hobi ini.
1. Teguhkan niat
Ya, niat adalah raja setiap pekerjaan. Pun dengan hobi baru ini. Bagi yang belum memiliki hobi menulis, yang wajib hukumnya adalah berniat menjadi penulis (orang yang rajin menulis). Bagi yang sudah hobi menulis, harus pula berniat menjadi penulis professional. Minimal berniat konsisten dalam menjalani hobi ini.
2. Banyak membaca
Jangan dulu takut membaca kata “membaca”. Bagi yang hobi membaca, barang tentu ini adalah modal yang cukup untuk mengembangkan hobi menulis.Bagi yang belum hobi membaca, saya ulangi, jangan dulu takut “membaca.” Saya tentu tidak akan memaksa untuk mau membaca banyak buku. Mulailah membaca hal yang ringan, seperti koran, buletin jumat, mading, dan bacaan ringan lainnya.
Karena tak dapat dipungkiri, apa yang kita baca sangat mempengaruhi kemudahan mencari ide. Untuk yang mulai melancarkan hobi ini, dengan diawali membaca koran, setidaknya kita dapat membaca perkembangan berita yang sedang hangat. Misalnya, pembagian nomor urut calon presiden (politik), mahasiswa Akper Konawe yang dipaksa mengeluarkan urine dan meminumnya (pendidikan), kekayaan Aburizal Bakrie yang menurun drastis pada tahun ini (ekonomi), dan lain sebagainya.
M elalui bacaan-bacaan sederhana itu, kita dapat melatih daya kritis atau melahirkan sebuah ide. Bisa saja kita berceloteh, “Kok, istri Prabowo gak pernah kelihatan di tivi.” Secara tidak langsung, kita mulai kritis. Dalam langkah berikutnya, saya menyarankan agar celotehan tersebut segera ditulis dalam sebuah catatan.
Apalagi kalau kita meningkatkan hobi membaca ini dengan melahap buku yang lebih serius dengan aneka topik. Maka, ide-ide untuk menulis pun semakin mudah didapat. Tak kalah penting adalah banyak membaca buku motivasi atau teknik menulis. Sebetulnya ini hanya bersifat referensial. Namun, bagi beberapa orang, buku-buku motivasi itu sangat membantu. Saya merekomendasikan buku “Mengikat Makna Sehari-hari” karya Hernowo. Buku tersebut dapat menumbuhkan motivasi untuk dapat menulis dan membaca. Gaya bahasanya ringan dan interaktif membuat buku ini cukup membantu mengembangkan hobi menulis dan membaca.
3. Miliki buku harian
Setiap saya ikuti pelatihan menulis, maka saran ini selalu muncul. Mudah-mudahan pemikiran stereotif tentang buku harian ini juga tidak berlaku lagi. Karena buku harian tidak lagi urusan perempuan saja, dan boleh melibatkan laki-laki. Setelah dimiliki, tentu harus segera ditulis. Apa isinya? Apabila belum terbiasa, bisa dimulai dengan mengisi beberapa kalimat tentang apa yang kamu rasakan atau alami.
Misalnya, ketika kamu lihat orang mengantre Bantuan Langsung Tunai (BLT) lalu banyak nenek-nenek yang jatuh dan terinjak. Bagaimana perasaanmu? Miris, sedih, kasihan, atau marah dengan pemerintah? Catat dalam buku harian itu.
Lalu, apabila sudah membiasakan menulis di catatan harian, tingkatkan kapasitas menulis. Dari dua kalimat menjadi sepuluh. Dari setengah lembar hingga tiga lembar. Saya sarankan, tulis hanya satu topik dalam satu judul. Kemudian, setelah terbiasa, eksplorasi pernyataan kamu dengan opini kamu sendiri atau membubuhi teori atau pernyataan orang lain. Misalnya :
Judul :
Susahnya Menulis
Isi :
Duh, malasnya menulis. Setiap hari kenapa harus menulis? Hari ini banyak sekali yang harus ditulis. Tiga mata kuliah, semuanya ada tugas yang harus ditulis tangan. Tapi tak apa-apa lah, saya jadi ingat ungkapan Ali bin Abi Thalib, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” Dengan begitu, saya rasa menulis menjadi ringan. Semangat!
4. Catat setiap ide
Hampir sama dengan apa yang harus dilakukan setelah punya buku harian. Namun, pada poin ini, hendaknya kamu mencatat pengalaman atau kejadian yang menarik setiap hari. Apabila buku harian tidak dibawa setiap hari, masih banyak media lain. Misalnya pergunakan handphone untuk menyimpan catatan kejadian itu.
Ide itu bisa muncul tiba-tiba atau muncul setelah kita memancingnya dengan membaca buku atau bacaan terlebih dahulu. Ide yang timbul secara tiba-tiba mungkin saja hadir saat kita mengikuti perkuliahan di kelas. Ada teman yang tidur, dosennya yang terus bicara tanpa jeda, atau ada dosen yang terus mengucapakan kata “sesungguhnya” berulang-ulang. Hal-hal kecil itu bisa jadi sebuah ide untuk menulis.
Ide yang timbul setelah membaca, misalnya membaca mading. Di mading akan ada pertandingan sepakbola antara jurusan A dan B. Kamu jadi teringat, pada pertandingan yang lalu, jurusan A mengakhirinya dengan ricuh dan perkelahian. Selain itu, setelah kamu membaca buku filsafat umum, kesan apa yang kamu peroleh? Segera catat sekarang juga.
5. Ramah teknologi
Poin ini sungguh penting dan sangat memberikan manfaat bagi kita. Kini, dalam dunia cyber, banyak hal positif yang dapat kita ambil dari pemanfaatan teknologi internet. Internet menyediakan banyak media untuk menulis dan mencari ide-ide. Hal pertama yang harus ditanamkan dalam pemanfaatan ini adalah berprasangka baik terhadap teknologi tersebut. Karena yang mengkhawatirkan adalah masih adanya streotif negatif tentang internet. Mengenaskannya, pandangan itu masih dipegang oleh para pelajar dan mahasiswa.
Pemanfaatan itu antara lain ditemukan dalam situs jejaring sosial seperti friendster dan facebook, blog (webblog), forum diskusi, mailing list (milis), dan lain-lain.
Situs jejaring sosial seperti facebook berpengaruh dalam tradisi menulis dan mengembangkan ide. Dengan menulis status, terkadang status kita mengundang reaksi dari teman sehingga timbul semacam diskusi.Alangkah baiknya, status tersebut diisi pernyataan yang bermanfaat atau bahkan kontroversi.
Selain itu, fenomena blog merupakan tren saat ini. Oleh karena itu jangan sampai kita tertinggal dengan tidak mengenalnya sama sekali. Blog adalah halaman pribadi kita di internet yang sifatnya seolah-olah online diary. Buku harian online atau media online yang isinya dapat memuat tulisan, ide, atau gagasan kita. Karena ada dalam dunia maya, maka jangkauannya pun global dan mendunia.
Bagi yang baru memiliki hobi menulis, blog dapat dimanfaatkan dengan hanya menulis gagasan-gagasan ringan. Blog juga dapat dimanfaatkan sebagai penyimpan tugas dan makalah kita. Oleh karena itu, jangan biarkan makalah kita hanya menjadi penggugur kewajiban semata. Jadikan makalah kita tersebar di dunia maya, karena akan banyak yang membutuhkannya. Ya, hitung-hitung mengamalkan ilmu.
6. Mulai menulis
Setelah memulai langkah-langkah ringan di atas, kini saatnya kita melakukan langkah terakhir, yaitu mulai menulis. Sekali lagi, bagi para pemula dalam hobi menulis, jangan dianggap langkah ini adalah langkah berat, apalagi dengan memikirkan teori-teori menulis. Langkah ini adalah langkah sederhana.
Pada tahap akhir ini, silakan pilih sifat tulisan yang akan kita tulis. Fiksi atau non-fiksi. Bersifat fiksi, berarti kita ingin menulis (semacam) cerpen atau cerita-cerita imajinatif lainnya. Bersifat non-fiksi, berarti kita hendak menulis (semacam) artikel atau opini.
Pada tulisan fiksi, dasar pertamanya adalah imajinasi. Hendaknya ide yang kita temukan diramu dengan gaya imajinasi. Ide yang diperlukan bisa jadi imajinatif (khayalan) atau berdasarkan fakta (nyata). Coba pikirkan satu ide sederhana!
Ide imajinatif biasanya terilhami dari pengalaman atau cita-cita kita. Misalnya, dulu kita bercita-cita jadi wartawan. Sayang, kita berhasil masuk jurusan sastra. Reka saja cerita tentang wartawan. Pada langkah yang sederhana, kita memang tak usah mempelajari sekelumit dunia wartawan terlebih dahulu. Yang paling penting adalah menulis!
Tulislah kisah seorang wartawan yang hidupnya penuh tantangan, harus rela dikirim pimpinannya ke sebuah perang di Israel, sampai ia bertemu dengan wanita Israel yang ternyata wanita tersebut sangat membenci negaranya sendiri karena sangat hobi perang dan membunuh. Lalu wanita itu bergabung dengan gerakan gerilyawan Israel lainnya untuk menghancurkan negaranya sendiri.
Lain halnya, dengan tulisan non-fiksi. Ide harus lahir dari fakta. Hal ini dapat diasah dengan sering membaca koran atau menonton berita. Pertama, kita hanya perlu menumbuhkan daya kritis. Daya kritis bisa muncul apabila ada satu hal yang kita tidak setujui.
Misalnya kita menonton deklarasi salah satu calon presiden yang dilakukan di tempat pembuangan sampah. Apa yang muncul di benak kita saat melihatnya? Senang, karena bisa jadi contoh pemimpin teladan dan dekat dengan rakyat. Ataukah sebaliknya, kita menganggapnya hanya upaya meraup simpati massa belaka. Kita bisa jadi berpikir, itu cuma kebohongan publik. Karena bisa jadi kalau sudah jadi pemimpin, ia lupa dengan rakyat yang tinggal sekita tempat sampah tersebut. Itu terserah bagi kamu yang mau menulis. Namun, saya sarankan agar selalu tidak setuju dengan apa yang kita lihat di kehidupan nyata seperti berita di media. Karena hal tersebut dapat meningkatkan daya kritis kita yang merupakan salah satu modal untuk menulis tulisan non-fiksi.
Ada satu langkah tambahan yang cukup membatu, namun sifatnya tidak individual seperti keenam langkah di atas. Yaitu, bergabung dengan organisasi kepenulisan atau bahkan membentuk sendiri organisasi tersebut. Organisasi kepenulisan ini ada yang bersifat di dunia nyata (seperti Forum Lingkar Pena ‘FLP’) atau di dunia maya (seperti Penulislepas.Com).
Bagi yang ingin membetuk organisasi sendiri, jangan dulu khawatir dengan struktur atau bahkan SDM (ada tidaknya penulis profesional di dalamnya). Yang penting, adalah ada sekumpulan orang yang berkomitmen untuk menulis dan berkumpul untuk menggagas ide dan berdiskusi untuk menumbuhkan ide.
Langkah-langkah tersebut sesungguhnya hanya langkah sederhana menuju sebuah hobi baru, yaitu menulis. Tujuan yang ingin diperoleh pun adalah semangat untuk memiliki hobi tersebut. Karena, seperti saya ungkapkan sebelumnya, diawali dengan hobi, motivasi lain dapat menyusul. Selain itu, setelah memiliki hobi ini, tentu masih banyak langkah yang dapat ditempuh untuk terus mengasah kemampuan menjadi seorang penulis yang professional dan kreatif. Jadi, selamat menikmati hobi baru!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me
- Bahasa dan Sastra Arab UIN Bandung
Labels
- artikel (2)
- Berita (1)
- curhat (1)
- linguistik (1)
- tips (2)
2 komentar:
EQTC atau Era al-Qur’an Ta’lim Center merupakan Lembaga Pendidikan Al-Qur’an yang memiliki tujuan untuk membangun Indonesia ber-Qur’an dan menciptakan komunitas pencinta bahasa Arab dan Al-Qur’an. Berdiri sejak tahun 2005 dan sudah mendapatkan kepercayaan dari ratusan instansi baik pemerintah maupun swasta serta majelis ta’lim dalam menyelenggarakan berbagai program pendidikan al Qur’an dan bahasa Arab.
Kini EQTC hadir di Bandung dan Membutuhkan Staff Pengajar (Mu’allim)
Persyaratan :
1. Tartil Membaca Al-Qur’an
2. Mengusai Bahasa Arab
3. Pengalaman Mengajar (diutamakan)
Kirimkan segera Surat Lamaran Anda ke Jl.Tata Surya No.59 Margahayu Raya Bandung
Siapa Cepat dia dapat. Jazakalloh
Cp. Susanto (0856 2498 2498)
tulisan yang sangat inspiratif, memberikan support bagi pembacanya untuk sejak dini melatih diri sendiri untuk cakap menulis dari hal-hal terkecil hingga hal-hal yang memang berdampak luar biasa bagi kemajuan dunia. Jazakumullah Khoiran Katsiira.
Posting Komentar